Kamis, 13 Agustus 2015

Psikologi Kebahagiaan

Adalah Bhutan, sebuah kerajaan kecil di Asia Selatan yang diapit negara-negara besar seperti China dan India. Kerajaan yang tidak memiliki wilayah laut ini juga berbatasan dengan Nepal dan Bhangladesh. Pemandangan alam Himalaya Timur nan cantik dan kekayaan budaya membuat Bhutan mampu menarik turis untuk datang berkunjung. Namun bukan hanya itu yang membuat Bhutan istimewa. Negara ini merupakan pelopor dan menjadi satu-satunya negara yang ke mengukur kebahagiaan warganya.

Bhutan mulai mengukur Gross National Happiness Index sejak tahun 1972. Langkah ini memberikan inspirasi untuk mengusung 'kebahagiaan' sebagai sebuah gerakan politik. Puncaknya adalah resolusi PBB yang menjadikan 'kebahagiaan' sebagai agenda pembangunan global. Mengapa kebahagiaan?

Salah satu pemicu munculnya kebutuhan untuk mengukur kebahagiaan adalah kekurangpuasan terhadap indikator makro yang digunakan sebagai tolok ukur kemajuan. Selama ini Gross Domestic Product (GDP) adalah indikator utama kemajuan satu negara. Meski masih digunakan hingga saat ini, indikator GDP dianggap kurang mampu merekam aspek-aspek 'manusia' dalam indikator pembangunan suatu negara. Keresahan ini sebenarnya sudah lama dirasakan dan coba dijawab dengan indikator Human Development Index (HDI) yang mengukur capaian dari aspek kualitas manusia, yaitu pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Namun indikator ini pun dirasa kurang karena belum mencakup aspek yang sangat erat dan khas manusia, yaitu aspek emosional yang bersifat subyektif. Paradigma ekonomi yang berbasis pada kebahagiaan dipercaya lebih terjaga secara jangka panjang.

Gerakan yang mengusung 'kebahagiaan' sejatinya menguat dan bersumber dari reformasi dalam psikologi sebagai disiplin ilmu maupun profesi. Pada tahun 2009, Prof Martin Seligman menggagas sebuah temu ilmiah dunia tentang psikologi positif. Psikologi positif menggugat kecenderungan psikologi untuk menjadi 'bengkel' yang fokus pada penanganan masalah - masalah perilaku. Psikologi sebagai ilmu mengenai perilaku manusia laiknya justru merupakan studi saintifik tentang optimalisasi fungsi manusia. Tujuan gerakan psikologi positif adalah menemukan dan mengembangkan faktor-faktor yang mendorong kemajuan, bukan saja untuk tataran individu, tetapi juga komunitas (Seligman & Csikszentzmihalyi, 2000).

Gerakan ini tidak hanya mengubah haluan psikologi dalam teori maupun praktek. Psikologi positif juga menjadi titik awal terbukanya pendekatan psikologi yang lebih multidisiplin bergandengan dengan ekonomi, sosiologi, kebijakan publik, filsafat, pendidikan untuk menyebut beberapa. Konsep yang menjadi perekat antara psikologi dan disiplin ilmu lainnya adalah 'kebahagiaan'.

Tulisan-tulisan dalam blog ini didedikasikan untuk membahas psikologi positif, khususnya konsep kebahagiaan (happiness). Semoga kehadirannya mampu memberikan kebahagiaan bagi pembacanya karena kebahagiaan pula yang menjadi alasan sekaligus tujuan dari penulisnya. Have a good life, eudaimonia...


0 komentar:

Posting Komentar